(Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos) |
Kejadian itu terjadi ketika sejumlah anggota FPI membubarkan kegiatan perayaan kelulusan Ujian Nasional (UN) yang berpusat di Alun-Alun Sasana Langen Putra Sragen, Sabtu (7/5/2016) sore.
Perayaan kelulusan itu diselenggarakan dalam rangka pembuatan video klip salah satu album kompilasi dari musisi lokal Sragen yang prakarsai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora). Kegiatan itu pun akhirnya bubar meski proses pengambilan video menggunakan drone baru akan dimulai.
�Kami itu berkumpul dengan tertib. Kami tidak konvoi di jalan. Sebelum kegiatan dimulai, kami membagikan nasi bungkus kepada warga di sekitar alun-alun,� ujar IJ saat ditemui wartawan di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Mapolres Sragen.
Hinaan itu disampaikan salah satu anggota FPI yang mengenakan sorban dan bertongkat. Hinaan itu didapat sesaat setelah IJ tengah berfoto selfie di tengah kerumunan siswa lain.
�Saat saya sedang selfie, dia datang menghampiri saya. Dia bilang, kamu ngapain di sini nak? Pulang saja! Kamu di sini mau jadi apa? Mau jadi l***e?� ujar IJ menirukan perkataan salah satu anggota FPI bersorban di kepala dan bertongkat itu.
Merasa dirinya dihina, IJ lalu memberanikan diri bertanya maksud dari perkataan anggota FPI itu.
Dia tidak terima dihina dengan kata l***e di hadapan ratusan siswa yang merayakan kelulusan UN.
�Saya bilang, Bapak ini siapa? Bapak presiden? Apa maksud bapak mengatakan itu kepada saya? Bapak tidak pantas mengatakan itu pada saya. Saya tidak mendapat jawaban, tapi saya sempat didorong-dorong lalu dipisah oleh teman saya,� ungkap IJ.
Sebelum menghina IJ, anggota ormas Islam itu juga menyebut penyelenggaraan kegiatan itu kurang ajar. Bahkan, anggota FPI itu juga menyalahkan pemerintah di balik perayaan kelulusan UN itu.
�Biadab. Kamu itu dirusak oleh pemerintah,� ujar anggota FPI itu sambil berlari mengusir kerumunan siswa sebagaimana yang terekam dalam video yang diunggah di media sosial.
IJ menyesalkan dengan penghinaan yang dilakukan FPI kepadanya.
�Kalau tidak suka, mereka bisa menyampaikan saran dengan baik-baik. Ngomongnya tidak usah keras-keras. Semua mendengar saya dikata-katain mau jadi l***e. Siapa yang tidak marah? Coba kalau istrinya sendiri dikatakan seperti itu, apa dia sendiri tidak marah?� ungkap IJ.
Orangtua IJ, Rohadi, mendukung upaya hukum yang ditempuh anaknya. Dia merasa penghinaan yang dilakukan anggota FPI itu sudah kelewatan.
�Terus terang saya tidak rela anak saya dimaki-maki dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan tokoh agama. Kalau mau mengingatkan kesalahan anak saya kan bisa disampaikan dengan cara baik-baik,� ungkapnya.
Silakan�
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) FPI Soloraya Choirul mempersilakan IJ melapor ke polisi. Walau demikian, FPI juga berencana melaporkan balik panitia penyelenggaran perayaan kelulusan UN di Alun-Alun Sasana Langen Putra itu.
�Silakan lapor saja. Nanti kita juga akan melapor balik. Tidak masalah kok,� ujar Choirul ketika dihubungi via telepon.
Ketika ditanya alasan dibalik rencana melaporkan panitia ke polisi, Choirul masih belum bisa memastikan.
�Nanti saja. Saya tidak mau berandai-andai. Lihat perkembangan saja. Yang jelas, mereka itu menyelenggarakan kegiatan itu fungsinya itu apa?� tanya Choirul.
Sebelumnya, Ketua DPRD Sragen, Bambang Samekto, menyebut salah satu tujuan perayaan kelulusan UN itu adalah untuk pembuatan video klip salah satu album kompilasi dari musisi lokal Sragen.
�Rencananya kami mengambil gambar dari udara menggunakan drone. Siswa akan membentuk formasi kata �SRAGEN�. Tetapi, kemarin baru terbentuk SRAGE, kurang huruf N,� ungkap Totok, sapaan akrabnya.
Ormas Datang, Perayaan Kelulusan di Alun-Alun Sragen Bubar!
Perayaan kelulusan ujian nasional (UN) di Alun-Alun Sasana Langen Putra Sragen, Sabtu (7/5/2016) sore, diwarnai keributan. Sekelompok massa dari organisasi kemasyarakatan (ormas) berbasis Islam membubarkan ratusan siswa yang ingin mengikuti perayaan kelulusan UN.
Kejadian itu terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Ketika itu, ratusan siswa dari berbagai sekolah lanjutan tingkat atas berkumpul di Alun-Alun Sasana Langen Putra.
Mereka mencorat-coret seragam OSIS yang dikenakan dengan cat semprot. Mereka terlihat riang gembira setelah Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen menyatakan seluruh peserta UN SMA, SMK, MA, negeri, swasta dan sederajat asal Sragen lulus 100%.
Tetapi, saat ratusan siswa itu berkumpul di alun-alun, tiba-tiba sekelompok massa dari ormas Islam mendatangi mereka. Mereka berteriak-teriak meminta para siswa untuk membubarkan diri.
Para siswa itu pun tidak berani melawan. Sebagian besar memilih untuk membubarkan diri. Hanya terdapat seorang siswi yang berani adu argumentasi dengan anggota ormas Islam itu.
�Ada satu siswi yang berusaha adu argumen, namun tetap tidak mempan. Ormas itu akhirnya membubarkan kegiatan perayaan kelulusan UN itu,� ujar Dita, siswi SMAN 1 Sragen, saat ditemui Solopos.com di Sragen, Minggu (8/5/2016).
Dita menyesalkan adanya ormas yang membubarkan kegiatan perayaan kelulusan UN itu. Menurutnya, puncak dari perayaan kelulusan UN di Alun-Alun Sasana Langen Putra adalah pelepasan balon ke udara dan foto selfie dari udara menggunakan drone.
�Balon belum dilepas. Pengambilan foto dari udara juga belum dilakukan. Tapi, ormas itu sudah keburu datang untuk membubarkan kami,� ujar Dita.
Hal senada juga disampaikan teman Dita, Brietya. Menurutnya, perayaan kelulusan UN pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah dibubarkan oleh ormas Islam. �Tahun lalu, lancar-lancar saja. Pembubaran perayaan kelulusan UN oleh ormas ya baru kali ini,� kata dia.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pimpinan ormas Islam tersebut. Saat Solopos.com menghubungi nomor teleponnya, yang bersangkutan tidak bersedia menganggap. Saat dikirimi pesan pendek, juga tidak ada balasan.
sumber: solopos.com
Post a Comment