tokohterkini.blogspot.com - Pihak KBRI Manila mengonfirmasi pembebasan 10 WNI yang disandera oleh sekelompok militan Abu Sayyaf adalah murni menggunakan cara negosiasi. Minister Counsellor-Political Affairs KBRI Manila, Eddy Mulya menyampaikan proses pembebasan itu pun melibatkan banyak pihak, mulai dari KBRI, TNI sampai pemerintah Filipina.
"Iya ini full negosiasi. Di KBRI ada unsur diplomat sama unsur TNI, kita libatkan semua. Jadi ini kerja tim semuanya. Tapi, saya masuk di tengah-tengah (proses negosiasi), tidak dari awal," di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (2/5/16).
Selain itu juga, Eddy menyebut proses negosiasi ini berlangsung selama 1 minggu. Negosiasi pembebasan WNI itu, lanjutnya, dilakukan dengan cara pendekatan dan komunikasi yang intensif dengan kelompok Abu Sayyaf.
"Intinya ini kan ada anak nakal dalam satu keluarga. Kan ada anak nakal, nah bagaimana kita komunikasi dengan itu. Kemudian ada yang dituakan, dihormati. Nah semuanya itu, saya hanya tindaklanjuti," ungkapnya.
Ditambahkannya, dia juga mengaku ada keterlibatan Tim Kemanusiaan Surya Paloh bersama dengan Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh) di gerakkan oleh Ahmad Baedowi dan Samsul Rizal Panggabean dalam proses pembebasan ini.
Negosiasi berjalan lancar karena Eddy dan tim Baidowi sudah melakukan riset dan penelitian soal tentang tentang motivation and root causes of terrorism di wilayah Filipina sejak 2012 silam. Dan akhirnya terjun langsung dalam tim negosiator dan membantu pemerintah Indonesia sejak kabar penyanderaan Abu Sayyaf itu beredar.
"Jadi itu ada sahabat saya, Pak Baidowi sama teman-teman. Mereka yang atur, jadi kita cuma tindak lanjut. Kita kan riset di sana, kita bikin pendidikan dari 2012. Kita bangun pendidikan, beasiswa," jelas Eddy.
Tim Surya Paloh di Pembebasan Sandera Abu Sayyaf
Deputi Chairman Media Group Rerie L Moerdijat membenarkan tim Kemanusiaan Surya Paloh ikut terlibat dalam pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina. Upaya pembebasan dilakukan oleh Tim Kemanusiaan Surya Paloh sejak 3 April 2016.
Rerie mengatakan Tim Kemanusiaan Surya Paloh yang terlibat dalam pembebasan 10 WNI itu merupakan sinergi jaringan pendidikan Yayasan Sukma atau Sekolah Sukma Bangsa di Aceh pimpinan Ahmad Baidowi. Selain itu, Kelompok Media Grup pimpinan samsul Rizal Panggabean, Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI Victor B Laiskodat, serta anggota DPR RI Partai NasDem Mayjen (Purn) Supiadin.
Rerie menjelaskan jaringan Yayasan Sukma di bawah koordinasi Pemerintah Indonesia terlibat negosiasi dan dialog langsung dengan sejumlah tokoh, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga kemanusian di daerah Sulu Filipina yang memilik akses kepada pihak kelompok Abu Sayyaf.
"Proses pembebasan berlangsung dinamis dan lancar karena Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan yang sebelumnya terlibat kerjasama dengan pemerintah otonomi Moro Selatan," ungkap Rerie dalam keterangan tertulis, Ahad (1/5/16) malam.
Tim Kemanusian Surya Paloh sekitar empat jam menunggu penyerahan para sandera di Pantai Parang Sulu Mindano Selatan Filipina pada Ahad sekitar pukul 12.15 waktu setempat. Usai serah terima, para sandera dibawa ke rumah Gubernur Sulu untuk pemeriksaan dan ramah tamah, kemudian langsung diterbangkan dari Sulu menuju Zambonga menggunakan dua helikopter jenis UH-1-H.
Sekitar pukul 16.30 WIB para korban tiba di Zambonga langsung menjalani pemeriksaan kesehatan dari tim keamanan Filpina dan mengikuti briefing, serta pemeriksaan lanjutan terkait peristiwa yang terjadi dan dialami selama disandera kelompok Abu Sayyaf.
Secara umum kondisi kesehatan para korban sandera cukup sehat dan baik untuk kembali ke Tanah Air, selanjutnya Pemerintah Filipina menyerahkan secara resmi kepada Kedubes Indonesia di Malaysia dan perwakilan Partai NasDem Victor B Laiskodat.
Dari Zambonga, anak buah kapal (ABK) Tunda Brahma 12 dan Tongkang Anand 12 itu dipulangkan ke Indonesia menggunakan pesawat khusus Tim Kemanusiaan Surya Paloh dengan dipimpin Victor B Laiskodat, didampingi pihak Kedutaan Besar Indonesia di Filipina Minister Conseler Edi Mulya untuk diserahkan kepada Pemerintah RI melalui Kementerian Luar Negeri di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur.
sumber: kompas.com & republika.co.id
إرسال تعليق